Kamis, 09 Februari 2012

Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2010

BAB  I
P E N D A H U L U A N

A.    LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kesehatan Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan sangat terkait dalam konotasi dipengaruhi dan dapat juga mempengaruhi aspek demografi/kependudukan, keadaan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat termasuk tingkat pendidikan serta keadaan dan perkembangan lingkungan fisik maupun biologik.
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaaan pembangunan dan usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah informasi yang valid dan akurat. Oleh karena itu pengembangan sistim informasi, khususnya di bidang kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan. Hal ini akan mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi peningkatan derajat  kesehatan masyarakat.
Salah satu bentuk pengembangan sistem informasi dibidang kesehatan adalah menampilkan hasil pembangunan dibidang kesehatan, yang diwujudkan dalam penyajian data keberhasilan pencapaian program-program kesehatan yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Demak, yaitu dalam bentuk buku “ Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun  2010 “.
Profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Demak, yang memuat berbagai data tentang situasi  dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun. Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil kesehatan  ini  disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Demak khususnya, dan semua masyarakat pada umumnya.
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2009 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, untuk memberikan gambaran tentang pembangunan kesehatan, program dan kebijakan yang dilaksanakan di Kabupaten Demak. sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan, program dan kebijakan di bidang kesehatan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi dalam upaya “ Mewujudkan Masyarakat Demak Yang Sehat dan Mandiri  “.

B.    TUJUAN
1. Tujuan  Umum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2010 adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya mewujudkan masyarakat Demak Sehat dan Mandiri.
      2. Tujuan Khusus 
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
a.    Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;
b.    Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
c.    Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan.
d.    Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan;
e.    Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program kesehatan;
f.    Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya;
g.    Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan.

C.    SISTEMATIKA
Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya yang ada serta situasi kesehatan secara umum Kabupaten Demak tahun 2010  ini, maka disusunlah Buku Profil Kesehatan yang disusun secara sistematika sebagai berikut  :
Bab-1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran - lampiran
Pada lampiran ini berisi resume / angka pencapaian Kab/Kota dan 73 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
Profil Kesehatan dapat disajikan dalam bentuk tercetak (berupa buku) atau dalam bentuk lain (disket, cd-rom, tampilan di situs internet, dan lain-lain).
Daftar Pustaka

BAB II
GAMBARAN UMUM
A.     VISI DAN MISI
Visi  Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah  
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               




Dan Misi Dinas Kesehatan adalah :
1.    Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya kesehatan secara konsisten dan berkesinambungan.
2.    Mengupayakan pembangunan di Demak yang berwawasan kesehatan.
3.    Mendorong kemandirian masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat.
4.    Menjamin pelayanan kesehatan secara prima, komprehensip, profesional dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
5.    Menjalin kerja sama dengan mitra / partner.

Penjelasan Pernyataan Visi
Yang dimaksud sehat adalah kondisi dimana individu, keluarga, masyarakat Kabupaten Demak tidak mengalami gangguan penyakit yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari baik secara jasmani, rohani dan sosial.
Yang dimaksud mandiri adalah individu, keluarga, dan masyarakat Kabupaten Demak mampu untuk mengatasi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat baik dalam pembiayaan kesehatan maupun pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Penjelasan Pernyataan Misi
1.    Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya kesehatan secara konsisten dan berkesinambungan.
Memberdayakan dimaksudkan bahwa sumber daya kesehatan yang dipunyai dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pencapaian program dan kegiatan, Konsisiten dan berkesinambungan dimaksudkan bahwa kebijakan, program, dan kegiatan pemberdayaan sumber daya kesehatan tidak terputus serta saling mendukung satu sama lain.
2.    Mengupayakan pembangunan di Demak yang berwawasan kesehatan.
Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misi ini dimaksudkan sektor lain dalam mengambil kebijakan, program dan kegiatan selalu mempertimbangkan aspek-aspek kesehatan. Sehingga hasil pembangunan tidak menimbulkan dampak yang  memperburuk  kesehatan.
3.    Mendorong kemandirian masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat.
Yang dimaksud mandiri adalah individu, keluarga, dan masyarakat Kabupaten Demak mampu untuk mengatasi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat baik dalam pembiayaan kesehatan maupun pemanfaatan fasilitas kesehatan. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat dimaksudkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari selalu berperilaku bersih dan sehat.
4.    Menjamin pelayanan kesehatan secara prima, komprehensip, profesional dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat semaksimal mungkin berdasarkan prinsip jaminan mutu, mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta dilaksanakan oleh tenaga yang mempunyai kualifikasi yang sesuai; dengan tetap memegang prinsip pemerataan pelayanan kesehatan pada seluruh lapisan masyarakat.
5.    Menjalin kerja sama dengan mitra / partner.
Misi ini dimaksudkan agar setiap kebijakan, program dan kegiatan semaksimal mungkin melibatkan pihak ketiga ( perusahaan, organisasi profesi, LSM, supplier, sarana kesehatan swasta ).


B. KEADAAN GEOGRAFIS ( GEOGRAPHICAL LOCATION )
1.  Letak Geografi
Demak sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah  terletak pada koordinator 6 43’26”  -  7 09’43”  Lintang Selatan dan 110  27’58 – 110 48’47”  Bujur Timur. Wilayah ini sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, sebelah Selatan berbatasan denagan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang serta sebelah Barat berbatasan dengan Kota Semarang. Jarak terjauh dari barat – timur adalah sepanjang 49 Km dan dari utara ke selatan sepanjang 41 KM.
Tabel  2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Demak  Tahun 2010

No    Kecamatan    Luas Wilayah (KM2)    %
1    Mranggen    72,22    8,05
2    Karangawen    66,95    7,46
3    Guntur    57,53    6,41
4    Sayung    78,69    8,77
5    Karangtengah    51,55    5,74
6    Bonang    83,24    9,28
7    Demak    61,13    6,81
8    Wonosalam    57,88    6,45
9    Dempet    61,61    6,87
10    Gajah    47,83    5,33
11    Karanganyar    67,76    7,55
12    Mijen    50,29    5,60
13    Wedung    98,76    11,00
14    Kebonagung    41,99    4,68
Jumlah    897,43    100,00

Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Wedung  memeliki daerah yang paling luas yakni sebesar 11,00 % dari luas wilayah Kabupaten Demak ( 897,43 KM2 ), sedangkan daerah yang paling kecil adalah Kecamatan Kebonagung yang hanya memiliki 4,68  % dari luas wilayah Kabupaten Demak.
Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut (elevasi), wilayah Kabupaten Demak terletak mulai dari  0 m  sampai dengan 100 m dari permukaan laut.
2.    Luas Penggunaan Tanah
Secara administratif luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743 ha, terdiri atas 14 kecamatan , 243 desa dan 6 kelurahan. Sebagai daerah agraris yang kebanyakan penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam, sebagian besar wilayah Kabupaten Demak terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas 50.087 ha (56,62 %) dan selebihnya adalah lahan kering. Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah yang digunakan berpengairan tadah hujan 23,45 %, tehnis 19,22 % dan setengah tehnis 7,60 % . Sedangkan untuk lahan kering 15,14 % digunakan untuk kebun/tegal, 14,74 % digunakan untuk bangunan dan halaman serta 6,11 % digunakan untuk tambak.
3.    Keadaan Iklim
Sebagaimana musim di Indonesia pada umumnya di Kabupaten Demak hanya dikenal dua musin yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan bulan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan. Selama tahun 2008 di wilayah Kabupaten Demak telah terjadi sebanyak : 96 hari hujan, dengan curah hujan antara 458 mm sampai dengan 1661 mm. Jumlah hari terbanyak di daerah Jebor, desa Bolo (kecamatan Demak) dan paling sedikit di daerah Brambang (Kecamatan Mranggen). Sementara curah hujan tertinggi di daerah Brumbung (Kecamatan Mranggen) dan paling sedikit di daerah Brambang (Kecamatan Karangawen).

C.  PEMERINTAHAN
1.    Pemerintah Kabupaten Demak
Demak merupakan salah satu daerah yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah. Pusat Pemerintahan Kabupaten Demak terletak di komplek Kantor Bupati Demak, yang berada di Jalan Kyai Singkil No. 7 Demak.  
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, merupakan salah satu Dinas daerah yang dibentuk  berdasarkan   Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Demak.
Dinas Kesehatan yang berlokasi di Jalan Sultan Hadiwijaya Nomor 44 Kelurahan Mangunjiwan Kecamatan Demak Kabupaten Demak, mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan, yang merupakan unsur pelaksanaan Pemerintahan Kabupaten, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas seperti tersebut diatas, Dinas Kesehatan Kabupaten Demak menyelenggarakan fungsi :
a.    Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesehatan,
b.    Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum,
c.    Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang kesehatan,
d.    Pengelolaan urusan ketata usahaan dinas.
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah sebagaimana berikut ini :
a.    Kepala;
b.    Sekretariat, yang membawahi:
1)    Sub Bagian Program;
2)    Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
3)    Sub Bagian Keuangan.
c.    Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat, yang membawahi :
1)    Seksi Penyebarluasan Informasi Kesehatan;
2)    Seksi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat;
3)    Seksi Usaha Kesehatan Sekolah dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
d.    Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan lingkungan, yang membawahi :
1)    Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit;
2)    Seksi Pemberantasan Penyakit Menular;
3)    Seksi Penyehatan Lingkungan.
e.    Bidang Kesehatan Keluarga dan Pelayanan Kesehatan, yang membawahi:
1)    Seksi Kesehatan Keluarga;
2)    Seksi Gizi; dan
3)    Seksi Pelayanan Kesehatan.
f.    Bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, yang membawahi :
1)    Seksi Pembinaan dan Pengendalian Obat dan Obat Tradisional;
2)    Seksi Pembinaan  dan Pengendalian Makanan dan Minuman dan Bahan Berbahaya; dan
3)    Seksi Pembinaan  dan Pengendalian Kosmetik Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
g.    Unit Pelaksana Teknis Dinas.
h.    Kelompok Jabatan Fungsional.

Sekretariat dengan tugas pokok pengelolaan program dan kegiatan, Keuangan, Umum dan Kepegawaian, dengan fungsi 
a.    Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Dinas dan Sekretariat;
b.    Pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, dan keuangan Dinas;
Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan tugas pokok pengelolaan program dan kegiatan bidang promosi kesehatan, pemberdayaan peran serta masyarakat, dan  mempunyai fungsi:
a.    Perumusan petunjuk teknis promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b.    Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
c.    Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
d.    Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan penyehatan lingkungan dengan tugas pokok bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, dan mempunyai fungsi:
a.    Perumusan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan.
b.    Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan.
c.    Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan.
d.    Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan.
Bidang Kesehatan Keluarga dan Pelayanan Kesehatan dengan  tugas pokok membantu bidang Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi, dan mempunyai fungsi:
a.     Perumusan petunjuk teknis Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi;
b.     Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi;
c.     Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi;
d.     Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi;
Bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan  dengan  tugas pokok dalam pengelolaan program dan kegiatan pembinaan dan pengendalian obat dan obat  tradisional, pembinaan dan pengendalian makanan minuman dan bahan  berbahaya, pembinaan dan pengendalian kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan, dan mempunyai fungsi:
a.    Perumusan petunjuk teknis Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan ;
b.    Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
c.    Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
d.    Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat dengan tugas pokok menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dan mempunyai fungsi:
a.    Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan;
b.    Pusat pemberdayaan masyarakat;
c.    Pusat pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat;
d.    Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan Puskesmas.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Kesehatan Daerah dengan tugas pokok menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik, laboratorium kesehatan masyarakat dan rujukan laboratorium, dan mempunyai fungsi :
a.    Pemberian layanan laboratorium klinik sesuai dengan standar kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b.    Pemberian layanan laboratorium kesehatan masyarakat sesuai dengan standar kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c.    Pemberian layanan rujukan laboratorium  sesuai dengan standar kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d.    Pengoordinasian pelaksanaan tugas pejabat fungsional yang ada di Laboratorium Kesehatan Daerah;
e.    Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan Laboratorium Kesehatan Daerah.



Gambar 2.1
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah
sebagai berikut:





























2.     Banyaknya desa/kelurahan dan Kecamatan
Kabupaten Demak terbagi atas 14 kecamatan, 243 desa dan 6 kelurahan. Menurut klasifikasinya, Wilayah Kabupaten Demak terdiri dari 168 desa/kelurahan swadaya mula dan 81 desa swakarya mula. Menurut tingkat perkembangan LKMD, maka di Kabupaten Demak terdapat 29 desa kategori II dan 220 desa berkategori  III.
D.  KEADAAN DEMOGRAFI
1.    Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Demak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 selalu mengalami peningkatan terlihat pada grafik di bawah ini:
G a m b a r . 2.2
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2010

Sumber Data : Th.2006-20110 dari BPS Kab.Demak
Jumlah penduduk Kabupaten Demak berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, pada tahun 2010 berjumlah 1.065.768, yang terdiri dari  528.925 (49,63 %) orang laki-laki dan 534.843 ( 50,37% ) orang perempuan.
Secara berurutan Jumlah Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan  Mranggen sejumlah 158.882 orang, Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Kebonagung sejumlah 37.791 orang, seperti  terlihat pada grafik di bawah ini.
G a m b a r . 2.3
Persentase  Penduduk Kabupaten Demak  Menurut Persebarannya
Per Kecamatan Tahun 2010



Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Demak termasuk dalam usia produktif ( 15 – 64 tahun ) sebanyak  829.162 (69.16%), dan selebihnya sebanyak  369.774 orang  (30,84%) berusia di bawah 15 tahun dan  berusia 65 tahun keatas. Dari angka tersebut dapat diketahui angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Demak adalah sebesar  44,17 %. Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan  jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
G a m b a r . 2.4
Grafik Perbandingan Penduduk Laki-laki dan Perempuan  Kabupaten Demak  Per Kecamatan Tahun 2010


2.    Fertilitas dan Mortalitas
Selama tahun 2010, di Kabupaten Demak terdapat 22.368 kelahiran hidup. Kelahiran  tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Karangtengah yaitu sebanyak 1.432 (6,40%)  sedangkan tingkat kelahiran terendah  terdapat di Kecamatan Mijen 1  yaitu sebesar  512 (2,29 %). Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar  2.5
Grafik Jumlah Bayi Lahir Hidup Kabupaten Demak 
Per Puskesmas Tahun 2010

E.    KEADAAN SOSIAL BUDAYA
1.    Pendidikan
Kondisi Sosial Budaya di Kabupaten Demak, dapat diketahui dari segi pendidikan yang sangat sangat diperlukan oleh setiap penduduk. Setiap penduduk berhak untuk mengenyam pendidikan, khususnya penduduk usia 7 – 24 tahun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk usia 7 – 24 tahun yang masih bersekolah pada SD sebanyak 111.390 orang, SLTP sebanyak 23.296 orang dan SLTA sebanyak 16.632 orang.
Sarana pendukung dalam bidang pendidikan adalah tersedianya 577 sekolah Dasar (SD), 63 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 45 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sedangkan jumlah guru yang tersedia adalah 5.609  orang untuk SD, 1.573 orang untuk SLTP dan 1.193 orang untuk SLTA.
2.    Agama
Suasana kerukunan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan  harapan kita bersama. Beragam tempat beribadat merupakan salah satu bukti kerukunan agama diantara umat. Mayoritas penduduk Kabupaten Demak  beragama Islam, yang mencapai 99,47 % dari total penduduk. Selebihnya penduduk yang beragama Kristen-katholik  sebesar 0.52 % dan yang memeluk agama Hindu/Budha sebesar 0.01 %. Banyaknya tempat peribadatan di kabupaten Demak pada tahun 2010 mencapai 4089 buah, yang terdiri atas masjid dan mushola sebesar 99.44 %, gereja katholik, protestan dan pure sebesar 0.56 %.


          BAB III
DERAJAT KESEHATAN
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :
    Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau
    Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Menurut UU RI No. 36 tahun 2009, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani  ( mental ) dan social dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.
Di Indonesia, Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Faktor Genetika.
Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang mempunyai daya ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status  Angka Kesakitan dan Kondisi Penyakit Menular.
Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai sebagai indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator outcome.
Gambaran derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Demak, berikut ini disajikan dalam situasi Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi Masyarakat.
A.    MORTALITAS  ( Angka  Kematian )
Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut.
1.    Angka Kematian Bayi (AKB)
Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi.
AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget program karena mewakili komponen penting pada kematian balita. Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu indikator yang paling menonjol dalam menilai derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi  (AKB = IMR). Angka Kematian Bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu yang sama. Manfaat dari IMR ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi  lingkungan dan sosial ekonomi.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Angka kematian bayi diklasifikasikan  menjadi empat kelompok yaitu :
1)    Rendah jika AKB kurang dari  20.
2)    Sedang jika AKB antara  20 – 49.
3)    Tinggi jika AKB antara  50 – 99.
4)    Sangat Tinggi AKB lebih dari 100.
Angka kematian bayi di Kabupaten Demak menurut data tabel 6 pada tahun 2010 sebanyak 115. Sedangkan jumlah kelahiran hidup tahun 2010 sebanyak 21.216 KH. Jadi IMR Kabupaten Demak pada tahun 2010 adalah sebesar 5,42 perseribu kelahiran hidup ( selalu dibawah target Provinsi Jawa Tengah )
Penyebab kematian bayi di Kabupaten Demak tahun 2010 adalah  BBLR sebesar 43,87% dan Umur bayi meninggal 0-7 hr :70,40%.
Dengan asumsi bahwa bila IMR di suatu wilayah tinggi, maka status kesehatan di wilayah tersebut rendah, begitu juga sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa  status kesehatan Kabupaten Demak  mengalami peningkatan dengan angka kematian bayi 5,42 masuk dalam klasifikasi rendah sehingga dapat asumsikan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Demak adalah baik. 
2.    ANGKA KEMATIAN BALITA ( AKABA )
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.
Adapun nilai normative AKABA yakni :
a.    lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi.
b.    antara 71-140 sedang.
c.    kurang dari 71 rendah.
Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate ) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk.
Angka Kematian Balita atau disebut juga Child Mortality Rate (CMR)  merupakan jumlah kematian anak balita (1-4 tahun) pada suatu wilayah dan periode waktu tertentu per jumlah penduduk usia 1-4 tahun pada pertengahan tahun dalam wilayah yang sama kali 1.000 (Konstanta).
Manfaat dari CMR ini adalah untuk mengetahuinya gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan dan keberhasilan kegiatan KIA/ Posyandu serta untuk menilai kondisi sanitasi lingkungan, kesehatan anak balita seperti gizi, penyakit menular dan kecelakaan.
Angka Kematian balita di Kabupaten Demak dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan. Pada  Tahun 2007 sebanyak  6 Balita, tahun 2008 sebanyak 13 balita, pada tahun 2009 sebanyak 15 Balita ( 0.67 / 1000 KH ), sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 16 Balita ( 0.75 / 1000 KH ) masih tergolong rendah, tetapi perlu mendapat perhatian khusus agar tidak selalu mengalami peningkatan status kesehatan Balita, agar keberhasilan program KIA / Posyandu segera tercapai.
3.    ANGKA KEMATIAN IBU ( AKI )
AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan secara khusus seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survey-survey sebelumnya.
Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian  berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.
•    Penyebab utama
Preeklamsia/eklamsia, perdarahan, penyakit jantung & sebab lain
•    Terjadi pada :
    - usia 20-35 th          : 71,87%
    - Pendidikan SD         : 62,5%
    - Paritas <5               : 81,25%
    - ANC >4X                 : 87,5%
    - saat bersalin            :  46,8%
    - Di RS                       : 84,31%
Untuk Kabupaten Demak pada  tahun 2009 adalah sebesar 143.06 / 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun  2010 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 98,98/100.000 kelahiran hidup. Dengan asumsi bahwa tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric rendah, maka dapat dikatakan  terjadi penurunan angka MMR, yang berarti terjadi peningkatan tingkat derajat kesehatan di Kabupaten Demak.
Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak :
•    Bidan Desa harus domisili di wilayah kerja
•    Pembentukan tim AMP Kabupaten & Audit maternal perinatal secara periodik
•    Revitalisasi Puskesmas Poned & RS Ponek
•    Persalinan dengan 4 tangan
•    Penambahan SDM bidan
•    Peningkatan kualitas desa P4K
•    Peningkatan mutu SDM Bidan
•    Meningkatkan kemitraan Bidan – Dukun bayi
•    Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program
•    Peningkatan Pelayanan KB
•    Monitoring dan evaluasi  pendistribusian konsumsi Fe pada ibu hamil
•    Pelatihan Live Saving Skill (LSS), Contraception treatmeen Update (CTU ), Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED), Asuhan Pasca Keguguran ( APK ), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
•    Pelayanan peningkatan kesehatan ibu dan anak (Bintek)
•    Audit Maternal Perinatal (AMP)
•    Monev Program Perencanaan Pertolongan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K )
•    Monev persalinan 4 tangan oleh nakes
•    Pemantauan Poliklinik Kesehatan Desa
•    Pengadaan stiker blangko P4K
•    Sosialisasi Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang (SDIDTK)
•    Lomba balita Sehat
•    Pembinaan Posyandu Lansia
D.  ANGKA KESAKITAN  ( MORBIDITAS )
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Gambar 3.1
Grafik 10 ( Sepuluh ) Besar Penyakit Kunjungan Puskesmas
Kabupaten Demak Tahun 2010


E.    STATUS GIZI BALITA
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/U).
Kategori yang digunakan adalah:
1.    Kurus sekali
2.    Kurus
3.    Normal
4.    Gemuk
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu.
Pada tahun 2010 jumlah Balita yang datang dan ditimbang ( D ) di posyandu dari seluruh balita yang ada 79.378 anak ( S ) yaitu sejumlah 74.405 anak ( 93,74% ) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 60.811 anak ( 81,73% ) dan Bawah Garis Merah ( BGM ) sebanyak 1.462 anak ( 1,96 %). Dan Balita dengan Gizi Kurang sebanyak 70 anak ( 0,09 %).
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung menurun adalah masalah gizi buruk. Gizi Kurang  sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit. Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 70 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan minimal selama 90 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas perawatan maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan APBD Kabupaten Demak.
Hasil pemantauan  status gizi lima tahun terakhir yaitu tahun  terakhir terlihat pada tabel di bawah ini:
T a b e l .  4
Status Gizi Balita (BB/U) Kabupaten Demak Tahun 2006-2010
No    STATUS GIZI    2006
    2007    2008    2009    2010

1
2
3
4
   
Gizi balita lebih
Gizi balita baik
Gizi balita kurang
Gizi balita buruk   
2,04%
80,13%
15,98%
1,84%   
1,86%
80,67%
15,52%
1,95%   
1,11 %
82,84%
14,70%
1,71%   
1,37%
79,45%
15,32%
1,29%
   
0,837%
85,91%
12,09%
1,17%

        100 %    100 %    100 %    100 %    100 %

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa pravalensi gizi baik balita pada tahun 2009 mengalami penurunan.  Bila dibanding dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan pada tahun 2010, yaitu sebesar 80 %, maka dapat dikatakan balita di Kabupaten Demak pada tahun 2009 termasuk kategori baik masih diatas indikator Indonesia sehat 2010. Sedangkan kondisi balita gizi buruk, terdapat penurunan prosentase balita gizi buruk, yaitu  1,71 % pada tahun 2008 menjadi 1,50 % pada tahun 2009. Sedangkan tahun 2010 sebesar 1,17 %.
Dengan interpretasi bahwa bila di suatu daerah kondisi balita dengan gizi buruknya  lebih dari 0,05 % disebut daerah yang rawan pangan, dapat disimpulkan bahwa untuk Kabupaten Demak merupakan daerah rawan pangan karena balita dengan kondisi gizi buruknya sebesar 1,50 %. Hal ini mungkin disebabkan karena masih rendahnya tingkat  kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi,   khususnya pada balita, kurangnya tenaga gizi di puskesmas, dan masih adanya 9 kecamatan yang rawan gizi. 



BAB IV
UPAYA KESEHATAN

Tujuan dilaksanakannya pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai Kabupaten Demak Sehat dan mandiri, melalui pemberian pelayanan kesehatan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat  dan juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya kelompok rentan, yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusui.
A.    PELAYANAN KESEHATAN
1.    Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil
Masa kehamilan merupakan masa rawan kesehataan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.

Manfaat diketahuinya cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah
a. Untuk mengetahui jangkauan pelayanan kesehatan ibu hamil
b. Untuk mengukur atau menilai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil.
c. Untuk mengukur pelayanan KIA.
Yang dapat dinterpretasikan bahwa semakin besar persentase cakupan  dan jangkauan kesejahteraan ibu hamil dan anak, yang juga dapat menunjukkan sikap dan perilaku ibu hamil yang semakin baik dan mutu pelayanan KIA yang semakin baik.
Gambar 4.1
Grafik Cakupan K1 Kabupaten Demak
Tahun 2006-2010


Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 di Kabupaten Demak tahun 2010 sebesar 98.90 % dan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 sebesar 97,11 %. Pencapaian tersebut jika bibandingkan dengan target SPM untuk cakupan kunjungan ibu hamil sebesar 95 %, maka dapat disimpulkan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil di Kabupaten Demak sudah memenuhi target. Yang berarti bahwa cakupan dan jangkauan kesejahteraan ibu hamil dan anak, menunjukkan sikap dan perilaku ibu hamil yang semakin baik dan mutu pelayanan KIA yang semakin baik
Gambar 4.2
Grafik Cakupan K4 Per Puskesmas  Kabupaten Demak
Tahun 2006-2010

2.    Pelayanan Persalinan dan Nifas.
Proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan (nakes) merupakan salah satu upaya untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).
Yang dapat di interpretasikan bahwa semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga terlatih, semakin tinggi tingkat pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat terhadap persalinan.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 di Kabupaten Demak sebesar 97,78%. Sedangkan sisanya dilakukan oleh dukun terlatih.
Dapat disimpulkan bahwa  menurunnya cakupan persalinan oleh tenaga terlatih, maka semakin rendah tingkat pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat terhadap persalinan.

G a m b a r  . 4.3
Grafik Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
di  Kabupaten  Demak  Tahun 2006-2010


3.    Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Pra Sekolah).
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Pra Sekolah) dapat di gunakan untuk melihat mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak, untuk melihat kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan fasilitas pelayanan KIA di Puskesmas, untuk menilai tingkat kemudahan pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan.
Semakin tinggi frekuensi kunjungan anak Balita, semakin tinggi pula mutu pelayanan, kesadaran serta tingkat kemudahan pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan.
Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita ( Pra sekolah ) di Kabupaten Demak  tahun 2010 sebesar 70,21 %. 
G a m b a r .  4.4
Grafik Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita ( Pra Sekolah ) Tahun 2006 - 2010


4.     Kunjungan Neonatus (0 – 28 hari)
Cakupan kunjungan neonatus tingkat Kabupaten Demak tahun 2010 sebanyak 21.132 bayi ( 99,60 % ) bila dibanding tahun 2009 sebesar 22.201 (99,25%), dimana terjadi peningkatan persentase. Apabila dibandingkan dengan target Renstra Tahun 2010 yaitu 99,3%, maka angka ini sudah mencapai  target tersebut. Keberhasilan pencapaian ini disebabkan : meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik.
5.    Kunjungan Bayi (1 - 12 bulan)
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (1 – 12 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Demak pada tahun 2010 sebesar 21.089 (99,40%) dimana jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2009 yaitu 19.453 bayi (86,97 %), capaian ini sudah mencapai  target Renstra Kabupaten Demak Tahun 2010 sebesar 99,25 %.
6.    Pelayanan Keluarga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilah dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi atau anti kontrasepsi ( conception control ) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan.
Masa subur seorang wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita rata-rata 15 – 49 tahun walaupun sebagaian wanita mengalami menarche (haid pertama) pada usia 9 – 10 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur ini lebih diperioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Peserta KB Baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilan Cakupan Peserta Aktif  KB   adalah Cakupan peserta aktif KB dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia Subur suatu wilayah kerja pada kurun yang sama.
Peserta Keluarga Berencana aktif di Kabupaten Demak  selama tahun  2006 jumlah peserta KB aktif  sebanyak 164.274 peserta ( 96,44 % ) , tahun  2007 jumlah peserta KB aktif  sebanyak 168.934 peserta (78,94 %),  tahun  2008 jumlah peserta KB aktif  sebanyak 172.893 peserta ( 74,57 ), sedangkan tahun  2010 jumlah peserta KB aktif  sebanyak 179.096 peserta ( 74,41 % ), hal ini menunjukkan bahwa  terjadi penurunan  jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Demak. Jika dibandingkan dengan target  Standar pelayanan Minimal ( SPM ) sebesar ( 70 % ) peserta KB aktif di Kabupaten Demak masih diatasnya. Namun  peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana harus selalu di upayakan karena merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2010 terlihat pada gambar dibawah ini :
G a m b a r . 4.5
     Grafik Cakupan KB Aktif Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2010


Peserta Keluarga Berencana (KB ) baru di Kabupaten Demak  selama tahun  2006 jumlah peserta KB baru  sebanyak 28.318 peserta (16,62%), tahun  2007 jumlah peserta KB baru  sebanyak 29.625 peserta (13,95%), tahun  2008 jumlah peserta KB baru  sebanyak 50.369 peserta (21,73%), tahun  2009 jumlah peserta KB baru  sebanyak 40.242 peserta (16,72%) hal ini menunjukkan bahwa  terjadi penurunan jumlah peserta KB baru di Kabupaten Demak  seperti pada gambar dibawah ini :
G a m b a r . 4.6
Grafik  Persentase Peserta KB Baru Kabupaten Demak
  Tahun 2006 – 2010

7.    Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat (herd immunity) terhadap penularan PD3I. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80 % bayi didesa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap.
Imunisasi adalah upaya yg dilakukan dgn sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar darp penyakit  (DepKes, 2000 ).
a.    Jenis Kekebalan / Imunitas.
1). Kekebalan pasif.
2). Imunitas Aktif
b.    Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi.
1). Tuberkulosis
    Imunisasi yg dapat mencegah penyakit ini adl BCG
2). Difteri
    Imuniasasi yg diberikan adalah DPT.
3). Pertusis
    Imunisasi yang diberikan adalah DPT.
4). Tetanus
    Imunisasi yang diberikan adalah Imunisasi DPT.
5). Poliomielitis
    Penularan penyakit ini adalah memeluui droplet  dan reservoarnya adalah manusia yg menderita polio.
6). Campak
    Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi polio.
7).  Hepatitis B
    Penyakit infeksi disebabkan oleh virus hepatitis tipe B.
8). Typus Abdominalis
    Tujuan pemberian imunisasi ini adalah mencegah terjadinya penyakit tipus abdominalis.
9). MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)
    Untuk mencegah penyakit campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubela (campak Jerman).
10). Imunisasi Varicella
    Digunakan untuk mencegah terjadinya peny varicella (cacar air).

Dari lampiran tabel 23 dapat diketahui bahwa bayi yang telah diimunisasi  BCG adalah sebesar 98,08 %, DPT 1 sebesar 97,55 %, DPT 3 sebesar 98,83 %, Polio 4 sebesar 98,65 %, Campak sebesar 98,12 % dan Hepatitis B3 sebesar 98,83 %.
Dari gambar di bawah terlihat bahwa cakupan UCI desa selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, walaupun pernah terjadi penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008.
G a m b a r . 4.7
Grafik Cakupan UCI Desa Kabupaten Demak Tahun 2006 - 2010


8.    Upaya Kesehatan Khusus.
a.   Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat.
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kabupaten Demak pada tahun 2010 sebanyak 9 sarana kesehatan ( 34,48% ) yaitu 3 Rumah Sakit Umum, dan 7 Puskesmas Rawat Inap. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 29. Apabila dibandingkan dengan target SPM 2005 (40%), maka jumlah ini belum mencapai target tersebut.
b.    Pelayanan Kesehatan Jiwa
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa.
Pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Demak pada tahun 2009 sebesar 0,11 %. Sedangkan tahun 2010 mencapai 1,86 %, Pelayanan kesehatan jiwa di Kabupaten Demak pada umumnya belum memenuhi target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu :
1). Kurangnya pendidikan dan pelatihan kemampuan dokter dan tenaga medis dalam pelayanan kesehatan jiwa.
2). Petugas kesehatan belum memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan deteksi dini dari gejala yang menjurus pada gangguan kejiwaan.
3). Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi program kesehatan jiwa.
4). Belum adanya klinik kesehatan jiwa di sarana kesehatan (Rumah Sakit Umum).
c.    Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun 2010 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 4.447 dan pencabutan gigi tetap sebanyak 4.535, dengan rasio untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,98 %.
Didalam pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi pada 28.209 siswa (22.92%), terdapat 15.459 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 6.730 siswa (43.53%).
Apabila dibandingkan dengan target tahun 2010 perbandingan tumpatan dan pencabutan gigi tetap minimal > 1, maka pencapaian pelayanan kesehatan gigi dan mulut sudah mendekati target. Hal ini disebabkan kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan yang ada.
d.    Pelayanan Transfusi Darah
Hasil kegiatan pelayanan transfusi darah di Kabupaten Demak pada tahun 2010 sebesar 1.832 kantong darah.  Dari jumlah tersebut semua ( 100 % ) dilakukan scrinning terhadap HIV-AIDS dan yang posotif HIV/AIDS adalah sebanyak 1 pendonor (0,05 % ).

B.    AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 
Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringanya dapat dilihat dari lampiran tabel 42 dapat diketahui jumlah penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Demak khususnya di Puskesmas, untuk rawat inap sebanyak 6.820 kunjungan dan rawat jalan sebanyak 240.056 kunjungan baru.
Cakupan kunjungan rawat jalan di Puskesmas dan jaringannya di Kabupaten Demak tahun 2010 sebesar 0,6. Jika di banding dengan tahun 2009 cakupan kunjungan di Puskesmas mengalami peningkatan pada tahun 2009 Cakupan kunjungan baru rawat jalan di Puskesmas dan jaringannya sebesar 23,70%, akan tetapi mengalami peningkatan bila dibanding dengan dengan tahun 2008, kunjungan rawat inap baru tahun 2010 di Puskesmas perawatan sebesar 0,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di Puskesmas sudah baik, karena berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan antara lain dengan pembinaan  petugas pelayanan di Puskesmas tentang manajemen kualitas / konsep Total Quality Manajemen ( TQM )

C.    PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2010 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, fasilitas kesehatan, RSU, dll) Upaya pelayanan kesehatan rujukan dan penyediaan fasilitas penunjang merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adapun kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit dll. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayan kesehatan rujukan dan penunjang tersebut.
RS milik pemerintah, rawat jalan baru sebanyak 4.469 kunjungan dan rawat inap baru sebanyak 10.512 kunjungan. Dan untuk RS Swasta, rawat jalan baru RSU Pelita Anugerah sebanyak 5.290 kunjungan dan rawat inap baru sebanyak 3.079 kunjungan, rawat jalan baru RSI NU Demak sebanyak 2.158 kunjungan dan rawat inap baru sebanyak 3.256 kunjungan.

D.    PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
1.    Penyakit Bersumber Binatang
a.    Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh keamanan dan pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatanyang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping pengendalian vektor potensial.
Malaria juga merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi maupun eliminasi (Re-emerging desease) dan masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia penyakit ini menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang terkena malaria sebanyak 30 orang, yaitu semua kasus penyakit malaria yang ada di Kabupaten Demak telah diobati 100 %, dan semuanya merupakan kasus impor.
b.    Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD).
Upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini 3). Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD dan upaya pemberantasan dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperanserta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M), juru pemantauan jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan menimbulkan kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan  oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Di Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den -3, Den -4. Dari 4 serotipe tersebut yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den-3. Kasus umumnya mulai meningkat pada saat musim hujan yaitu antara bulan oktober –Mei.
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kepanikan masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Hingga kini masalah surveilans DBD masih dihadapkan banyak permasalahan karena kasus-kasus yang dilaporkan tidak semua didukung dengan pemeriksaan laboratorium  ( penurunan trombosit dan hematokrit ) sehingga terjadi kecenderungan “ over diagnosa “. Hal ini menyebabkan tidak dilakukan pengelompokkan penderita antara demam dengue ( DD ), demam berdarah dengue ( DBD ) dan  dengue shock syndrome.
Vektor yang berperan dalam penularan DBDB dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes Aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes Albopictus.
Jentik Aedes Aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas, vas bunga, talang rumah, kolam ikan hias yangterbelengkalai / tidal di gunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes Albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubang-lubang pohon, potongan bambu dan pada berbagai barang-barang bekas yang berada di luar rumah.
Pada tahun 2006 yang berjumlah 141 kasus, tahun 2007 yang berjumlah 425 kasus, tahun 2008 jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 585 kasus, pada  tahun 2009 jumlah kejadian kasus DBD di Kabupaten Demak sebanyak 470 dengan 6 kasus kematian sedangkan tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 637  kasus dengan 9 kasus kematian.
     G a m b a r . 4.8
Grafik Jumlah Kejadian Penyakit DBD Kabupaten  Demak
Tahun 2006 - 2010

Dari gambar diatas terlihat bahwa Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 selalu mengalami peningkatan. Namun berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan kejadian DBD di Kabupaten Demak antara lain, dengan : Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ), Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi DBD, Fogging fokus dan lain – lain.
G a m b a r . 4.9
Grafik Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik  Kabupaten  Demak
Tahun 2006-2010

Kalau melihat angka bebas jentik yang masih rendah, sangat wajar kalau di Kabupaten Demak masih menghadapi masalah dengan Demam Berdarah. Angka yang diharapkan adalah minimal 95 % sesuai Standar Pelayanan Minimal.
Upaya pencegahan telah dilakukan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, Keberhasilan gerakan ini dapat dilihat dari angka bebas jentik (ABJ) maupun jumlah kasus yang terjadi, pelatihan petugas PSN. Tampaknya Kabupaten Demak kurang berhasil dalam melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini.    Namun semua upaya itu semua perlu dukungan masyarakat dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan karena vektor penyakit ini ada di lingkungan masyarakat.
c.    Leptospirosis
Penyakit Leptospira merupakan penyakit zoonosa yang dapat menular ke manusia dan sering menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian karena terjadi kerusakan organ tubuh yang penting (ginjal, lever, jantung) dan kelompok yang terserang adalah mereka yang  mempunyai perilaku tidak bersih, serta  sangat erat kaitannya dengan riwayat kontak dengan air kotor.
Kecenderungan penyakit leptospira terjadi bersamaan dengan datangnya musim penghujan karena terjadinya banjir atau meningkatnya genangan air yang tercemar urine tikus reservoir kuman leptospira.
Di wilayah Kabupaten Demak pada tahun 2010 kasus leptospirosis sebanyak 33 kasus, dan semua telah mendapatkan perawatan. Dari sejumlah kasus tersebut meninggal 3 orang (9,09%). Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit lepspirosis ini adalah scrinning penderita, sosialisasi sampai ke tingkat desa, fasilitasi teknis kepada petugas pencegahan dan pemberantasan penyakit, namun semua upaya itu semua perlu dukungan masyarakat dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.
d.    Avian Influenza
Avian Influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipa A (H5N1), yang ditularkan oleh unggas dan dapat menyerang manusia.
Di wilayah Kabupaten Demak pada tahun 2010 sebanyak 1 kasus suspec flu burung, dari sejumlah kasus tersebut tidak ada yang meninggal. Kasus tersebut berada diwilayah Puskesmas Karangtengah.
e.    Pemberantasan Penyakit Filariasis ( P2 Filariasis )
Penyakit Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles dan Culex.
Di Kabupaten Demak meskipun pada tahun 2010 penyakit Filariasis sebanyak 3 kasus dan semua telah mendapat penanganan. Kasus ini merupakan kasus lama.
Program P2 Filariasis masih harus diperhatikan karena mengingat tidak menutup kemungkinan penyebarannya akan meluas ke wilayah lainnya jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan.

2.       Penyakit Menular Langsung
a.    Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru  (P2 TB Paru)
WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB terbesar ke-3 di dunia, yang setiap tahunnya diperkirakan terdapat penderita baru TB menular sebanyak 262.000 orang (44,9% dari 583.000 penderita baru TB) dan 140.000 orang diperkirakan meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini sangat memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan perumahan, sosial ekonomi masyarakat, serta kecenderungan peningkatan penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini.
Di Kabupaten Demak pada tahun 2009, menurut data laporan dari 26 Puskesmas penderita yang dinyatakan positif menderita TB Paru tercatat sebanyak 646 orang dan penderita yang diobati sebanyak 646 orang (100%). Jumlah penderita yang di obati dan  sembuh pada tahun 2009 sebanyak 603 orang ( 93,34 % ).
Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak penderitanya adalah Puskesmas Wedung 1 dan Puskesmas Karangtengah yaitu 39 kasus dan terendah adalah Puskesmas Demak 3 yaitu 9 kasus.
Angka ini bila dibandingkan dengan Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA positif sesuai Indikator Sehat 2010 (85%) dapat dikatakan telah mencapai target. Keadaan tersebut disebabkan karena adanya kegiatan sosialisasi, sitem surveylance, peran serta lintas program dan lintas sektor dalam pemberantasan penyakit ini.
b.    Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Pemberantasan penyakit kusta dapat dilakukan dengan cara penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta.
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang  jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.
Pada penderita Kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu tertentu.
Tahun 2010, jumlah penderita Kusta sebanyak 66 orang yang terdiri   8 orang penderita PB dengan RFT sebanyak 7 kasus dan  58 orang penderita MB dengan RFT sebanyak 33 kasus.
c.    Pemberantasan Penyakit HIV / AIDS
Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi pada semua kawasan, penyakit ini telah sejak lama menyita perhatian berbagai kalangan, tidak hanya terkait dengan domain kesehatan saja. Kasus penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini, di Indonesia senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Angka yang dirilis oleh Ditjen PP&PL Depkes menyebutkan bahwa hingga Desember 2007, pengidap HIV positif berjumlah 6.066 orang dengan penderita AIDS sebanyak 11.141 orang. Selama 1 dasawarsa terakhir (1997-2007) peningkatan kasus AIDS terjadi lebih 40 kali.
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif 29 menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan epidemi akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok beresiko tinggi dengan populasi umum.
Di Kabupaten Demak jumlah kasus HIV/ADIS mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2006 sebanyak 5 kasus  sampai tahun 2010 ini sudah mencapai 17 kasus.
d.    Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)
Perkembangan penderita Diare di Kabupaten Demak mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Gambar  4.10
 Grafik Jumlah Kejadian Penyakit Diare  Kabupaten  Demak
Tahun 2006-2010

Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan penderita penyakit Diare di Kabupaten Demak selalu mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Pada tahun 2010 jumlah kasus diare di Kabupaten Demak berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 30.452 kasus. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena masih rendahnya cakupan akses masyarakat terhadap ketersedian air bersih (Cakupan akses air bersih tahun 2010 : 52,25%),  dan masih rendahnya kepemilikan sarana sanitasi dasar yang terdiri dari kepemilikan jamban keluarga ( Cakupan Jamban sehat : 76,00 % ), kepemilikan  tempat sampah  di rumah ( Cakupan tempat sampah  sehat : 68,32 % ) dan kepemilikan tempat pengeloaaan air limbah ( Cakupan tempat pengelolaan air limbah  sehat : 65,18 % ).
3.    Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Demak selama tahun 2010 terjadi di 2 desa. Dari 2 desa yang terkena KLB tersebut telah dilakukan kegiatan penanganan/penanggulangan dengan  cepat dalam waktu kurang dari 24 jam sejumlah 2 desa (100 %).
Dilaporkan pada tahun 2010 di Kabupaten Demak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 2 kejadian keracunan makanan yang terjadi di 2 desa dengan penderita masing –masing 2 kasus dan 6 kasus.
4.    Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, campak, polio dan hepatitis B merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
Di Kabupaten Demak  pada tahun 2010 untuk kasus Pertusis, Tetanus, Difteri, polio dan hepatitis B tidak terjadi kasus, sedangkan untuk  Campak terjadi 5 kasus.
Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dalam menanggulangi dan mengendalikan penyakit menular baik langsung maupun tidak langsung antara lain dengan : 
a.    Surveillans Aktif
b.    Pengobatan penderita
c.    Pelatihan PSN-DBD
b.    Penyuluhan kepada Masyarakat
c.    Rakor tingkat Kabupaten,Kecamatan,Desa
d.    Pertemuan tingkat Puskesmas dan Rumah sakit
e.    Deteksi dini penyakit (kerjasama Prop,PVR)
f.    Survei Darah Jari ( Filariasis )
g.    Fogging
h.    Abatisasi
i.    Zero Survey
j.    Pemasangan trapping
k.    Cetak poster,leaflet

E.    KESEHATAN LINGKUNGAN, SANITASI DASAR DAN PERILAKU MASYARAKAT.
1.     Kesehatan Lingkungan
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan lingkungan antara lain adalah :
a.    Rumah Sehat dan Rumah Bebas Jentik Nyamuk Aedes Aigypti
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Sejalan dengan bertambahnya penduduk semakin banyak pula rumah hunian yang harus dibangun dan makin tinggi keberhasilan pembangunan ekonomi yang dicapai akan meningkatkan kualitas rumah tersebut.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini terutama bebas jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue.
Gambar  4.11
Persentase Cakupan Rumah Sehat  Kabupaten  Demak
Tahun 2006-2010

Dari   grafik diatas terlihat  bahwa persentase rumah sehat pada tahun 2010 adalah mencapai 68,37 %. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009 yang telah mencapai 68,69 % maka pada tahun 2010 cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat telah mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk Kabupaten Demak belum berperilaku sehat.
Pada tahun 2010 jumlah rumah/bangunan yang dijadikan sampel untuk diperiksa jentik nyamuknya hanya 159.952 rumah. Rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes aegypti sebesar 119.996 (75,02 %), Cakupan rumah bangunan bebas jentik dari tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Gambar  4.12
Grafik Persentase Cakupan Rumah Bebas Jentik Kabupaten  Demak
Tahun 2006 – 2010


Untuk mencegah dan mengendalikan populasi nyamuk penularnya (Aedes aegypti) perlu digalakkan upaya Pemberantasan  Sarang Nyamuk ( PSN )   melalui kegiatan 3 M   ( Menguras – Menutup – Mengubur ) secara terus menerus yang melibatkan peran serta masyarakat. Keberadaan nyamuk penular ini sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif. Kegiatan pembinaannya perlu dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam berdarah (POKJANAL DBD) yang merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna yang terkandung dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan pentingnya prinsip pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif, peran serta masyarakat, kerja sama lintas sektoral sebagai strategi untuk mewujudkan Visi Demak Sehat dan Mandiri.
b.    Pengawasan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh   badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas.
Tempat-tempat umum di Kabupaten Demak Tahun 2010, jumlah yang ada 4.453 buah, jumlah yang diperiksa 3.183 buah, Jumlah sehat 2.181 buah (68,52 %). Angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 73,72%. Jadi pencapaian ini belum memenuhi target Indonesia sehat 2010 yang menetapkan target untuk tempat-tempat umum yang memenuhi syarat adalah 80,16 %. Karena pada tahun 2010 mengalami penurunan.
Sedangkan seperti yang   kita   ketahui   bersama   bahwa   pengawasan   sanitasi   tempat   umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap dengan segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual makanan bagi konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, maupun pabrik makanan minuman sederhana.
Risiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang sangat besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu perlu teknologi dan metode yang lebih tepat untuk pembinaan dan pengawasannya.
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, meliputi : sarana wisata, sarana ibadah, sarana  transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Sarana wisata, meliputi: hotel, salon/pangkas rambut, usaha rekreasi, hiburan umum dan gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah, meliputi : masjid/mushola, gereja. Sarana transportasi, meliputi : terminal, stasiun. Sarana Ekonomi dan Sosial, meliputi : pasar, pusat pembelanjaan, apotik, sarana/panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.
a)    Jumlah  hotel :  4 buah diperiksa 3 sehat 3 ( 100 % ) 
b)    Jumlah restoran/rumah makan : 246 buah, jumlah diperiksa : 186 buah, jumlah sehat : 142 buah ( 79,03 % )
c)    Jumlah pasar : 55 buah, jumlah diperiksa : 51 buah, jumlah sehat : 27 buah (52.94 %).
d)    Jumlah TUPM lainnya : 4.149 buah, jumlah diperiksa : 2.811 buah, jumlah sehat : 2.069 buah (79,60 % ).
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan masyarakat, diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah masih   rendahnya   jangkauan   program. Hal ini lebih   banyak   diakibatkan   oleh berbagai faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010.
    b.     Perilaku Masyarakat
Beberapa Indikator yang digunakan untuk mengetahui Perilaku Masyarakat adalah
1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat.
Rumah Sehat adalah rumah tangga yang melaksanakan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari yang minimal memenuhi 11 indikator, dari 16 indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga Sehat.
Indikator Tatanan Rumah Tangga Sehat :
1)    Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan.
2)    Bagi yang punya bayi diberi ASI Eksklusif ( sampai dengan usia 6 bulan )
3)    Bagi yang memiliki Balita ditimbangkan secara teratur.
4)    Keluarga mengkonsumsi beraneka makanan yang memenuhi gizi seimbang.
5)     Keluarga memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
6)    Keluarga menggunakan jamban sehat.
7)    Keluarga membuang sampah pada tempatnya.
8)    Keluarga menempati ruangan rumah minimal 9 m2
9)    Keluarga menempati ruangan rumah yang berlantai kedap air.
10)    Keluarga melakukan aktifitas fisik.
11)    Keluarga tidak ada yang merokok.
12)    Keluarga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan sabun.
13)    Keluarga menggosok gigi minimal 2 x sehari.
14)    Keluarga tidak minum MIRAS.
15)    Keluarga menjadi peserta JPK.
16)    Keluarga melakukan PSN.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Gambar  4.13
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Bersih dan Sehat   menurut strata Kabupaten  Demak Tahun 2010

Jumlah rumah tangga yang telah di pantau dengan PHBS sebanyak 44.431 rumah tangga.  Dari  grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa rumah tangga dengan strata sehat pratama sebesar 18.86 %, sehat madya sebesar 30.01 %, sehat utama 44.48 % sedangkan yang telah mencapai strata sehat paripurna hanya 6,23 %. Cakupan rumah tangga sehat dengan strata paripurna diharapkan akan meningkat dengan adanya kesinambungan intervensi dari berbagai komponen baik lintas sektor, swasta, LSM dan tokoh masyarakat dalam memberikan motivasi dan keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga berkembang dan membudaya di masyarakat.
2.    Jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri.
Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat disekitarnya.
Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Namun demikian tanggapan positif masyarakat ternyata belum dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih banyak faktor yang menyebabkan mutu palayanan posyandu masih rendah antara lain, sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih sangat rendah, banyak kader posyandu yang droup out, sarana dan prasarana belum memadai, belum adanya penghargaan bagi para kader yang berprestasi, belum optimalnya kegiatan UKBM di tingkat desa, termasuk krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tak kunjung usai.
Pembinaan UKBM juga dilakukan, pada UKBM jenis Posyandu  tingkat/strata posyandu yang telah dicapai  menentukan juga keberhasilan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan.
Dari tabel 46 dapat diketahui jumlah posyandu di Kabupaten Demak adalah 1.241 buah, sedangkan jumlah posyandu Purnama dan Mandiri (Posyandu Aktif ) adalah 568 pos (45,77%).
G a m b a r . 4.14
Grafik Persentase Posyadu Menurut Strata  Kabupaten  Demak
 Tahun 2010

3.    Jumlah sekolah dan madrasah yang dibina.
Jumlah sekolah dan Madrasah  di Kabupaten Demak pada tahun 2010 adalah 4.414 buah. Dari jumlah tersebut di atas 100 % merupakan sekolah dan madrasah dibina kesehatan lingkungannya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Dengan harapan bahwa lokasi tempat yang sehat dapat mendukung kesehatan siswa dalam belajar, mutu dan kualitas sumber daya manusia dapat meningkat  sehingga dapat menunjang pembangunan di Kabupaten Demak.

4.    Jumlah penduduk yang terlindungi JPKM/dana sehat/askes.
Dari tabel  33 dapat diketahui bahwa jumlah peserta Askes Sosial kategori wajib  adalah sejumlah 35.527 orang, sedangkan jumlah peserta program Jamkesmas sebanyak 393.527 orang, sedangkan peserta JPKM / dana sehat lainnya belum ada datanya.
Dari sejumlah penduduk yang tercakup Program Jamkesmas 87,43 % ( rawat jalan ) diantaranya telah mendapat pelayanan kesehatan tingkat dasar di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan 0,12 % diantaranya telah mendapatkan pelayanan rawat inap tingkat dasar di Puskesmas dan jaringannya.

5.    ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam) bulan
dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2010, pemberian ASI Ekslusif di Kabupaten Demak mencapai  5.331 bayi  ( 50,64% ). Jumlah ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 80 %. Terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

F.    PELAYANAN KEFARMASIAN
1.    Ketersediaan dan Kebutuhan Obat Esensial dan Obat Generik
Berdasarkan data ketersediaan obat pada tahun 2010 yang berasal dari laporan Instalasi Perbekalan Farmasi Kabupaten Demak bersumber dari laporan 26 Puskesmas se Kabupaten Demak, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 75 item, sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 70 item. Jika dibandingkan antara kebutuhan obat dengan persediaan yang ada diperoleh ketersediaan obat secara keseluruhan sebesar 93,51 %. Berarti secara umum kebutuhan obat di Kabupaten Demak  telah terpenuhi (tersedia).
Khusus untuk obat generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2010 adalah rata-rata 115 item. Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak 108 item. Jika dibandingkan dengan kebutuhan obat generik maka pemenuhannya sebesar 93,92 %. Artinya secara umum kebutuhan obat generik di Puskesmas seluruhnya dapat dipenuhi (tersedia).
2.    Penulisan Resep Obat Generik
Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit milik Pemerintah, diketahui bahwa jumlah penulisan resep obat generik di fasilitas sarana kesehatan tersebut sebesar 144.940 (77,66%) dari total penulisan resep yang ada yaitu sejumlah 186.645 resep. Apabila dibandingkan dengan target SPM Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 80%, maka pencapaian ini masih belum memenuhi target.
3.    Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika
Data yang dilaporkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika berasal dari 26 puskesmas. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kabupaten Demak tahun 2010 yaitu rata-rata 6 item per Puskesmas sedangkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika yaitu sebesar 6 item. Apabila dibandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan obat narkotika dan psikotropika maka diperoleh capaian rata-rata sebesar 100,00 %. Hal ini berarti untuk obat golongan narkotika dan psikotropika di Puskesmas dapat terpenuhi sesuai kebutuhan.










BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN

A.    SARANA PELAYANAN KESEHATAN DASAR DAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, penyediaan sarana kesehatan merupakan kebutuhan yang penting. Dari tabel Sarana Kesehatan dapat diketahui sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Demak pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1.    Puskesmas
         Di Kabupaten Demak, distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah merata. Pada tahun 2010 jumlah puskesmas yang ada sebanyak 26 unit. Dari 26 unit tersebut 19 unit diantaranya rawat jalan, dan 7 unit ditunjang  dengan pelayanan rawat inap yang 5 unit diantaranya dengan pelayanan PONED.
Dengan demikian rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 2,42. Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 2 atau 3 puskesmas.
Sesuai dengan Inpres Kesehatan Nomor. 5 Tahun 1974, Nomor. 7 Tahun 1975, Nomor 4 Tahun 1976 dijelaskan bahwa satu unit Puskesmas Pembina ( Puskesmas Induk ) harus mencakup / melayani 30.000 penduduk. Jadi untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan derajat kesehatan di Kabupaten Demak tahun 2010 minimal di butuhkan 35  unit Puskesmas.
Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), diharapkan semua  unit  Puskesmas yang ada, mampu memberikan pelayanan PONED ( Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar ).  Sampai dengan tahun 2010 di Kabupaten Demak sudah 5 Puskesmas yang sudah mampu PONED yaitu Puskesmas Mijen I, Puskesmas Karangawen I, Puskesmas Guntur I, Puskesmas Dempet, dan Puskesmas Gajah.
b.    Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Demak pada tahun 2010 berjumlah 53 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 4,7 dengan demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 4 sampai 5 desa. Ratio puskesmas pembantu terhadap puskesmas 2 yang  berarti satu  puskesmas rata-rata membawahi 2 puskesmas pembantu.
c.    Rumah Sakit
Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di sebuah daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah sakit Pemerintah di Kabupaten Demak pada tahun 2010 sebanyak satu buah yaitu RSD Sunan Kalijaga Demak yang pada tahun 2010 ini dengan jumlah tempat tidur sebanyak 125 buah.
d.    Fasilitas Kesehatan di Puskesmas
Pada tahun 2010  jumlah puskesmas keliling darat roda empat sebanyak 28 buah dan mobil operasional di Dinas Kesehatan sebanyak 10 buah. Jumlah sepeda motor seluruhnya 131 buah. Dan di dukung juga sejumlah rumah dinas dokter, rumah dinas paramedis. Dengan adanya penambahan beberapa fasilitas seperti ini diharapkan  mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dapat meningkat, demikian juga dengan kinerja tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas kenderaan dinas.
e.    Poskesdes
Jumlah Poskesdes di Kabupaten Demak tahun 2010 sebanyak 173 buah. Cakupan poskesdes aktif kabupaten  100 % sedangkan ratio Polindes per Puskesmas adalah 6,6 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 6 - 7 poskesdes.
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta. Dari tabel 61 sarana kesehatan dapat diketahui sarana pelayanan kesehatan swasta yang ada di Kabupaten Demak pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :  Rumah Sakit swasta sebanyak 2 (dua) buah yaitu Rumah Sakit Umum Pelita Anugerah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 76 buah dan Rumah Sakit Islam NU dengan jumlah tempat tidur sebanyak 75 buah, 23 Rumah Bersalin swasta, 37 Balai Pengobatan swasta, 4 apotik milik pemda dan 25 milik swasta.
f.    Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Dari tabel 62 sarana kesehatan dapat diketahui bahwa upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang ada di Kabupaten Demak pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : 1225 posyandu, 173 Poskesdes, 249 Desa Siaga (strata I sebanyak 80 desa, strata II sebanyak 168 desa, strata III sebanyak 1 desa.
B.    TENAGA KESEHATAN
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat.
1.    Tenaga Medis
Tahun 2010 tercatat jumlah tenaga medis di Kabupaten Demak sebanyak 132 orang dengan perincian 88 orang dokter umum serta dokter gigi sejumlah 17 orang, dokter spesialis 50 orang, dengan rasio per 100.000 penduduk yakni  1,6  untuk dokter gigi, 8,26 untuk dokter umum, 4,69 untuk dokter spesialis.
Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010, nampak bahwa rasio untuk tenaga dokter umum dan dokter gigi belum mencapai target ( dokter umum 40 per 100.000 penduduk, dokter gigi  11 per 100.000 penduduk).
Kurangnya tenaga medis di Puskesmas  maka kebutuhan akan tenaga medis perlu diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis. Pada tahun 2010 jumlah dokter  umum PTT hanya 2 orang, dan  tidak ada dokter gigi PTT. Sedangkan untuk dokter spesialis harus diperhatikan dan dipenuhi Karena tuntutan kebututuhan masyarakat akan pelayanan rujukan spesialisasi semakin meningkat.
2.    Tenaga Kefarmasian dan Gizi
Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 82 orang dengan rincian: apoteker 15 orang, dan Asisten Apoteker 67 orang. dengan rasio masing-masing per 100.000 penduduk yakni  1,39 untuk apoteker, 6,21 untuk asisten apoteker
Sementara itu, untuk tenaga gizi hingga tahun 2010 berjumlah 78 orang dengan klasifikasi pendidikan DIV gizi sebanyak 16 orang D III Gizi berjumlah 62 orang dan, dengan rasio per 100.000 penduduk yaitu 7,23.
3.    Tenaga Keperawatan
Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah Perawat dan Bidan. Rasio tenaga perawat (Dinkes, RSD Sunan Kalijaga, RS Swasta ) di Kab.Demak hingga tahun 2010 mencapai 41,75  per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan sebesar 25,61 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan untuk tenaga bidan adalah 117,5 per 100.000 penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio ini belum mencapai target IIS 2010.
Adapun tenaga keperawatan ini dapat dirinci menurut jenisnya yaitu jumlah perawat sebanyak 445 orang dengan rincian dari SPK sejumlah 42 orang, D III keperawatan sebanyak 366 orang, DIV Keperawatan hanya 2 orang  dan Sarjana Keperawatan sejumlah 34 orang.
Adapun jumlah tenaga bidan sebanyak 275 orang dengan klasifikasi, DIV Kebidanan  sebanyak 6 orang,  pendidikan D III Kebidanan sejumlah 123 orang dan D I Kebidanan sebanyak 141 orang. Seperti pada tenaga medis, untuk memenuhi kekurangan tenaga bidan maka direkrut bidan PTT, yang pada tahun 2010 jumlah bidan PTT sebanyak  80 orang.
4.    Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Demak tahun 2010 sebanyak  29 orang dengan rasio 2,42/100.000 penduduk, untuk tenaga sanitasi sebanyak 6 orang  dengan rasio 0,5/100.000 penduduk. Jumlah tenaga sanitasi berjumlah 6 orang dengan klasifikasi pendidikan D III sebanyak 3 orang dan D I Sanitasi sebanyak 3 orang. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010 maka kedua jenis tenaga tersebut masih sangat dibutuhkan mengingat target yang diharapkan adalah masing-masing 40 per 100.000 penduduk.

C. SUMBER PEMBIAYAAN KESEHATAN
Sumber anggaran untuk melaksanakan Kegiatan  bidang kesehatan oleh Dinas Kesehatan Tahun Anggaran 2010 adalah terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel  5.1
Sumber  Anggaran  Untuk  Pelaksanaan  Kegiatan  Bidang Kesehatan
Kabupaten Demak Tahun 2010
NO    SUMBER BIAYA    ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
        Rupiah    %
1    2    3    4
     ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:        
1    APBD KAB/KOTA          38.648.343.000     75,17
2    APBD PROVINSI        
    - BANGUB    1.500.000.000    2,95
     - Bantuan Keuangan               225.000.000    0,44
3    APBN :        
     - Dana Alokasi Khusus (DAK)          6.222.800.000     12,25
     - JPKMM             4.197.420.989     8,26
     - BOK               468.000.000     0,92
4    PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)                               -       0,00
5    SUMBER PEMERINTAH LAIN                               -       0,00
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN          50.793.563.989     100,00
TOTAL APBD KAB/KOTA          11.415.493.250    
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA                        4,19
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA                          47,66    
Dari gambar diatas terlihat bahwa persentase anggaran bidang kesehatan (APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten Demak ) di banding APBD Kabupaten adalah selalu mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 6,37 %, tahun 2007 sebesar 5,84 % tahun 2008 sebesar  4,85 %, tahun 2009 sebesar 4,86 %, sedangkan tahun 2010 sebesar 4,19%.
       







BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Pembangunan kesehatan  merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan sangat terkait dalam konotasi dipengaruhi dan mempengaruhi aspek demografi, keadaan dan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan lingkungan baik fisik maupun biologis.
Salah satu kebutuhan dalam pembangunan adalah tersedianya informasi yang valid dan akurat. Yang salah satu bentuknya dituangkan dalam buku Profil Kesehatan. yang merupakan gambaran secara garis besar tentang perkembangan  derajat kesehatan, upaya kesehatan yang dilaksanakan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di Kabupaten Demak selama tahun 2010 tergambar dalam Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2010.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten Demak. Gambaran yang demikian merupakan fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan pengelola program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah yang didiskripsikan melalui data dan informasi.
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu keluaran utama dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.
Namun disadari, bahwa sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada  kualitas data  dan informasi  yang disajikan di dalam Profil Kesehatan Kabupaten Demak yang terbit saat ini belum sesuai dengan harapan.
Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Demak ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.
Betapapun demikian, Profil Kesehatan Kabupaten Demak ini belum mendapat apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap sehingga kehadirannya selalu ditunggu dan di tunggu-tunggu oleh berbagai pihak untuk kepentingan apapun khususnya Dinas Kesehatan guna menentukan arah kebijakan ditahun berikutnya, untuk membantu penelitian di dunia pendidikan bidang kesehatan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Demak, Dinas Kesehatan Kabupaten Demak senantiasa mencari terobosan-terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi.
B.    SARAN
1.    Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional.
2.    Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Demak tahun 2010 telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi kualitas data maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan terutama dikarenakan pada tahun 2010 Profil kesehatan disusun dengan format yang baru, berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya sehingga banyak tabel-tabel yang tidak dapat terisi. Oleh karena itu untuk penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang diharapkan format tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan data dan informasi guna evaluasi dan perencanaan tahunan kegiatan pembangunan dibidang kesehatan.
3.    Perlu peningkatan kemampuan / ketrampilan pengelola data dan pemegang program dalam mencermati data guna peningkatan validitas data dan tidak selalu terulang adanya data-data yang tidak akurat atau “aneh”.
4.    Perlu dilaksanakan kegiatan rapid survey untuk mendukung validitas serta keakuratan data Profil kesehatan.
5.    Perlu dukungan dana guna mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan akurat dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan pada tahun yang akan datang.
Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2010 ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan ( Tim Penyusun Buku Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak) demi perbaikan Penyusunan Buku Profil Kesehatan pada tahun - tahun mendatang.